Oleh Ustadz M. Alwan Dzulfaqqor, S.Ag.

Ilmu

Kita selaku seorang muslim dituntut untuk menjadi seorang muslim yang kaafah (seutuhnya), bagaimana cara kita menjadi seorang muslim yang kaafah (seutuhnya)? Tentu kita harus belajar ilmu syar’i, karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda tentang wajibnya kita menuntuk ilmu, Nabi bersabda:

((طلب العلم فريضة على كل مسلم))

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”

Keutamaan Ilmu dan Penuntut Ilmu

Berikut  beberapa di antara keutamaan ilmu agama:

  1. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu
    يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
    “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.” (QS. Al-Mujaadilah:11)
  2. Allah akan mudahkan jalannya menuju syurga
    Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
    “Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim)
  3. Pahalanya akan mengalir meski sudah meninggal jika ilmunya di ajarkan
    Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
    “Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya” (HR. Muslim)
  4. Menjadi pewaris para nabi
    Nabi tidak mewarisi harta, tetapi yang nabi wariskan adalah ilmu agama.

Keutamaan Orang yang Mengajarkan Ilmu

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)

Hadits di atas semakna dengan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ

“Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017)

Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.