Oleh Ustadz Muhammad Alwan Dzulfaqqor, S. Ag., M. Pd
Segala puji hanya milik Allah Ta’ala yang telah mempersaudarakan kaum muslimin di atas aqidah dan manhaj yang lurus. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada manusia teladan dalam merajut persaudaraan diantara kaum mukminin, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikut sunnahnya dengan baik hingga hari kiamat.
Ukhuwah Islamiyah, merupakan salah satu tujuan besar yang hendak dicapai oleh syari’at. Merupakan salah satu pondasi dan tali keimanan yang paling kokoh, sebagaimana sabda Nabi:
Referensi : https://almanhaj.or.id/39097-menggalang-solidaritas-dan-ukhuwah-sejati-2.html
Tali iman yang paling kuat adalah saling berkasih-sayang karena Allah, memusuhi karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. [ HR Imam Ath Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, juz 11, hlm. 215 dan Al Baghawi dalam Syarah Sunnah, juz 3, hlm. 429; Majmauz awaid, juz 1, hlm. 90, serta Silsilah Hadits Shahihah, juz 2, hadits no. 998.]
Dengan ukhuwah Islamiyah, kaum beriman saling mencintai, berkasih-sayang dan bersatu, sehingga kaum muslimin bisa menikmati kebahagian di bawah naungan ukhuwah Islamiyah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Sesungguhnya kaum beriman itu bersaudara. [Al Hujurat/49 :10].
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Ruh-ruh manusia adalah pasukan yang besar. Selagi ruh-ruh itu saling mengenal, maka mereka akan bersatu padu. Dan selagi ruh-ruh itu saling mengingkari, maka mereka akan berselisih. [HR Muslim]
Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh menzhaliminya, menghinakannya, mendustakannya dan merendahkannya. [HR Muslim, no. 2580].
- Keutamaan Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyyah karena Allah, memiliki keutamaan-keutamaan yang akan kembali kepada orang-orang yang saling bercinta, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia dia akan mendapatkan kemantapan jiwa dalam mengembangkan kemauan dan cita-citnya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Umar bin Khaththab, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah, ada diantara mereka orang-orang yang bukan nabi dan bukan pula syuhada. Pada hari kiamat, para nabi dan para syuhada menginginkan mereka menempati kedudukan mereka yang berasal dari Allah.” Para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Beritahukanlah kepada kami, siapakah mereka itu? Beliau menjawab,”Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, padahal diantara mereka tidak ada pertalian darah dan tidak ada harta yang saling diberikan. Sungguh demi Allah, wajah mereka laksana cahaya. Dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya. Mereka tidak merasa ketakutan saat manusia pada keadaan takut dan mereka tidak bersedih saat manusia bersedih.” Dan Beliau membaca ayat ini: Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak(pula) mereka bersedih hati. (Yunus/10:62). [ Shahih Sunan Abi Dawud, Al Albani, no. 3012.]
Diantara keutamaan ukhuwah adalah sebagai berikut :
- Ukhuwah dapat mengantarkan pelakunya ke barisan orang-orang yang memiliki keutamaan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah dua orang yang saling bercinta karena Allah, melainkan yang paling utama diantara keduanya adalah yang paling cinta kepada sahabatnya itu”[ Al Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad, no. 544; Ash Shahihah, no. 451.]
- Bercinta karena Allah adalah jalan menuju naunganNya.
Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah pada hari kiamat berfirman.
Manakah orang-orang yang bercinta? Dengan keagunganKu, Aku akan memberikan naungan kepada mereka dalam naunganKu pada hari yang tiada naungan, kecuali naunganKu.
[HR Muslim no. 6.494.]
- Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat nanti, antara lain ialah dua orang yang berkasih-sayang karena Allah, bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah.
[HR Bukhari, no. 660; Malik dalam Muwatha’ dan Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya, kitab Az Zuhud]
Bercinta di atas mahabatullah, karena aqidah bersifat kekal dan tidak akan pernah putus karena dunia dan selainnya.
- Berhak mendapat kecintaan Allah (mahabatullah), karena Allah memuliakan orang yang mencintai seorang hamba karena Allah.
Dari Ubadah bin Ash Shamit berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda, yang Beliau riwayatkan dari Rabb Azza wa Jalla.
Cintaku menjadi hak bagi orang-orang yang bercinta karena Aku. Dan cintaKu menjadi hak bagi orang-orang yang saling menyambung (silahturahim) karena Aku. CintaKu menjadi hak bagi orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku. Dan cintaKu menjadi hak bagi orang-orang yang saling memberi karena Aku.[Musnad Ahmad, 5/239].
Rasulullah juga bersabda yang diriwayatkan dari Rabb-nya: “Aku berikan cintaKu kepada orang-orang yang bercinta karena Aku, orang-orang yang saling bertemu dalam majelis karena Aku, dan orang-orang yang saling memberi karena Aku.”[ HR Malik dalam Muwaththa’ dari Mu’adz, no. 1.735]. Beliau juga bersabda: “Dan tidaklah seorang hamba mencintai seorang hamba lainnya karena Allah, melainkan Allah memuliakannya.”[ Al Jami’ Ash Shaghir, no. 5.516,]
- Dengan ukhuwah akan diperoleh manisnya iman.
Dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salla dari Anas bin Malik disebutkan, bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Ada tiga perkara; barangsiapa yang ketiganya terdapat di dalam dirinya, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu hendaklah: Allah dan RasulNya lebih dicintainya daripada selain keduanya, dan mencintai seseorang semata-mata karena Allah, serta ia tidak suka kembali kepada kekafiran setelah Allah membebaskannya darinya sebagimana ia tidak suka dilempar ke dalam api neraka. [HR Bukhari, Vol. 5 no.16 dan Muslim].
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa ingin mendapatkan rasa iman, maka hendaklah ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah.[ Al Jami’ Ash Shaghir, no. 5.958]
- Bercinta karena Allah dan untuk Allah akan menjadi pembuka pintu surga.
Disebutkan dalam salah satu hadits shahih dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
Kalian tidak masuk surga, sehingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman, sehingga kalian saling mencintai. Ketahuilah, akan aku tunjukkan sesuatu. Jika kalian saling mengerjakannya, maka kalian akan saling mencintai. Yaitu sebarkanlah salam diantara kalian. [HR Muslim].
- Urgensi Persaudaraan
Pepatah mengatakan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan seluruh asset umat dan memberdayakan potensi sumber daya umat, kecuali dengan mengaplikasikan makna persaudaraan dan solidaritas secara benar dan sejati, kemudian diwujudkan dalam interaksi sosial dan perilaku kehidupan. Sebagaimana telah disampaikan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Orang mukmin bagi orang mukmin lainnya seperti bangunan; satu sama lain saling menguatkan,” dan Rasulullah menjalinkan jari-jemarinya. [Muttafaqun’alaih].
Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencinta, saling berbelas kasihnya dan saling perhatiannya, laksana badan. Jika salah satu anggota ada yang sakit, maka yang lainnya merasa mengeluh dan panas. [Muttafaqun’alaih].
Ketahuilah, ukhuwah dan solidaritas sejati tidak akan bisa diraih, kecuali bila dibangun di atas pondasi yang kokoh, berangkat dari sikap ketulusan, aqidah yang lurus, keimanan yang murni, manhaj yang benar dan ikhlas dalam nasihat-menasihati.
- Landasan Persaudaraan dan Solidaritas
Menurut Islam, bangunan persaudaraan dan solidaritas hanya bisa ditegakkan di atas aqidah dan manhaj yang shahih; karena persaudaraan dan solidaritas tanpa adanya landasan yang jelas dan kokoh yang mampu menyatukan berbagai kepentingan, ambisi dan keinginan merupakan suatu yang mustahil. Maka memperjelas landasan dan manhaj persaudaraan itu lebih penting daripada persaudaraan itu sendiri, kecuali yang dikehendaki dari persaudaraan tersebut hanya bersatu secara jasad dan kosong dari nilai ketakwaan, keimanan dan moralitas agama.
Oleh karena itu, para rasul dan khususnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam terlebih dahulu diperintahkan untuk menegakkan agama dan jangan bepecah-belah dalam menerima kebenaran, sebagaimana firman Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa. Yaitu, tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentanggnya. [Asy-Syura/42:13].
Dengan melandaskan persaudaraan dan solidaritas di atas aqidah yang shahih, dengan mudah kita bisa menghancurkan dan meluluhkan segala bentuk kebatilan. Sedangkan persaudaraan yang tidak dibangun di atas aqidah shahihah, akan menyebabkan umat Islam hanya menjadi bulan-bulanan umat lain dan mangsa kaum kuffar.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi peringatan yang cukup jelas tentang kondisi umat Islam, bila dalam hidupnya keluar dari aqidah Islam dan lebih memilih keduniaan : Hampir-hampir umat lain bersekongkol mengeroyok kalian seperti orang-orang mengeroyok makanan dari nampan. Seseorang bertanya,”Apakah pada saat itu kita sedikit, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Bahkan kalian banyak, tetapi kalian seperti buih banjir. Dan Allah mengambil dari hati-hati musuhmu rasa takut terhadap kalian, lalu Allah memasukkan di hatimu (penyakit) wahn.” Kami para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Apa itu wahn?” Beliau menjawab,”Cinta dunia dan benci mati.” [HR Ahmad dan Abu Dawud].
- Hak dan Kewajiban Dalam Hidup Bersaudara
- Saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara mukmin, berdasarkan sabda Rasulullah, tidaklah beriman diantara kalian sehingga saudaranya lebih dicintai daripada dirinya sendiri.[HR Bukhari, no. 13; Muslim, no. 45; Ahmad dalam Musnad-nya, no. 176 dan Tirmidzi dalam Sunan-nya, no. 5.215]
- Saling memberi pertolongan dan bantuan dalam memenuhi segala dan kebutuhan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang menghilangkan kesulitan dari saudara mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesulitan darinya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang sedang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. [HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah].
- Saling berkunjung dan berziarah. Karena hal tersebut akan menumbuhkan persaudaraan dan mendatangkan rahmat dari Allah, serta akan diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Barangsiapa yang senang diluaskan rizkinya dan ditunda umurnya, maka hendaklah bersilaturahmi. [Muttafaqun ‘alaih].
- Saling menjaga nama baik, kehormatan dan harga diri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ketahuilah sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian, menjadi haram terhadap kalian seperti haramnya bulan kalian ini dan negeri kalian ini. [HR Ahmad].
- Saling mendo’akan dan memohonkan ampun kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman, yang artinya:
Dan orang-orang yang datang setelah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berdo’a: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha penyayang. [Al Hasyr/59:10].
- Sarana-Sarana yang Dapat Memperkokoh Ukhuwah
- Berkunjung karena Allah disertai dengan keikhlasan karena Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di sebuah desa, maka Allah mengutus seorang Malaikat untuk menemuinya. Ketika Malaikat itu datang kepadanya, Malaikat tersebut bertanya kepadanya: “Kemana kamu hendak pergi?” Laki-laki itu menjawab,”Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.” Malaikat bertanya,”Apakah engkau akan mendapatkan keuntungan yang bisa dipetik darinya?” Dia menjawab,”Tidak. Hanya saja aku mencintainya karena Allah Ta’ala.” Malaikat itu(pun) berkata,”Aku ini adalah utusan Allah yang diutus kepadamu (untuk memberitahukan), bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintainya karenaNya.”[ HR Muslim, no. 2.567.]
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain adalah: Barangsiapa menjenguk orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka penyeru menyerukan: ”Anda baik perilakumu, serta anda telah menyiapkan suatu tempat di surga”. [HR Tirmidzi, no. 2.002].
- Memberi hadiah.
Hadiah mempunyai pengaruh yang besar dalam jiwa manusia. Hadiah dapat menimbulkan rasa cinta, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Hendaklah kalian saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.[ HR Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, no. 594 dan Shahih Al Jami’ Ash Shaghir, no. 3.004.]
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima hadiah dan membalasnya kembali.[ Shahih Sunan Abi Dawud, Al Albani, no. 3.030]
- Larangan memutus hubungan.
Memutuskan hubungan bisa menghancurkan ukhuwah dan menyebabkan perpecahan yang dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak halal bagi seorang muslim berseteru dengan saudaranya lebih dari tiga hari; keduanya bertemu namun satu sama lain saling berpaling, dan sebaik-baik keduanya adalah yang pertama-tama memberi salam. [HR Bukhari-Muslim]
Oleh karena itu, setiap muslim wajib memaafkan kesalahan dan kekurangan saudaranya, dan memaafkan keteledorannya serta tetap mengenang sifat-sifatnya yang terpuji, dan tidak menyebut keburukan-keburukannya belaka.
Dalam kitab Ad Dunya wa Ad Din, hlm. 174, disebutkan : Kemudian, seyogyanya ia tidak menjauhinya karena satu atau dua perangai yang tidak disukainya, jika seluruh akhlaknya yang lain dapat diterima dan kebanyakan tabiatnya terpuji. Karena suatu yang sedikit itu lumrah, dan kesempurnaan itu sukar diperoleh.
- Itsar (lebih mementingkan saudaranya seiman).
Lebih mementingkan saudaranya seiman merupakan sarana penting untuk melanggengkan ukhuwah imaniah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sekalipun diri mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). [Al Hasyr/59:9].
Dengan itsar, ukhuwah akan bertambah kuat dan menghujam, sehingga tidak ada perselisihan yang dapat mencabutnya, tidak ada persengketaan yang dapat mengenyahkannya, dan tidak ada permusuhan yang dapat menumbangkannya.
- Marah karena saudaranya.
Dia akan marah ketika kehormatan saudaranya dirampas dan harga dirinya dihinakan, atau ia mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan dari musuh. Dia akan merasa sedih tatkala saudaranya bersedih.
Memberitahukan tentang cintamu kepadanya.
Dalam hatits yang diriwayatkan Imam Bukhari disebutkan, jika salah seorang diantara kalian mencintai saudaranya, maka hendaklah ia memberitahukan kepadanya bahwa ia cinta kepadanya.[HR Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, no. 542.].