Ketika kita berbicara tentang profesionalisme, sering kali yang terlintas adalah kesempurnaan. Menjadi guru adalah profesi yang penuh tanggung jawab, dan profesionalisme seorang guru mencakup banyak aspek, mulai dari kompetensi hingga komitmen dalam menjalankan tugas pendidikan. Namun, di balik peran sebagai pendidik, seorang guru juga memiliki kehidupan pribadi yang tidak kalah penting, terutama bagi guru yang juga seorang ibu. Menjaga keseimbangan antara profesionalisme dan kehidupan pribadi adalah tantangan besar yang membutuhkan pengelolaan waktu dan energi yang cermat.

Profesionalisme guru tidak hanya sebatas mengajar di ruang kelas. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru: kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Kompetensi ini menunjukkan bahwa guru tidak hanya bertanggung jawab untuk menyampaikan materi ajar, tetapi juga membimbing murid, menanamkan nilai-nilai positif, dan menjadi teladan.

Sebagai seorang pendidik, profesionalisme juga terlihat dari kemampuan guru dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan murid. Guru yang profesional harus datang ke kelas dengan persiapan matang, menghadapi murid dengan penuh kesabaran, dan menjunjung tinggi etika profesi. Hal ini tentu membutuhkan dedikasi yang besar, terutama karena guru bekerja di bidang jasa yang melibatkan manusia. Namun, di sisi lain, tanggung jawab ini tidak menghapus fakta bahwa guru juga memiliki peran di luar sekolah—sebagai orang tua, pasangan, atau anggota keluarga.

Di balik senyuman dan profesionalisme seorang guru, ada tantangan besar untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sebagai seorang guru sekaligus ibu dan istri, saya sering dihadapkan pada situasi di mana saya harus membagi waktu dan energi antara dua dunia yang sama-sama penting. Murid di sekolah tentu tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam kehidupan pribadi gurunya. Yang mereka inginkan hanyalah guru yang hadir dengan senyuman dan siap memberikan ilmu. Di sisi lain, keluarga di rumah juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

Untuk menjaga keseimbangan antara profesionalisme dan kehidupan pribadi, saya melakukan beberapa langkah berikut:

  1. Pengelolaan Waktu yang Efektif

Saya membagi tugas berdasarkan prioritas. Di rumah, saya mengurus anak-anak, suami, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Di sekolah, saya berusaha fokus sepenuhnya pada peran saya sebagai guru. Sebisa mungkin, saya menyelesaikan tugas-tugas sekolah di waktu luang, sehingga ketika pulang ke rumah, waktu saya dapat sepenuhnya untuk keluarga. Jika ada tugas tambahan yang belum selesai, saya akan melakukannya pada malam hari, setelah anak-anak tidur. Namun, saya merasa keberatan jika harus mengikuti pelatihan daring (seperti Zoom) di malam hari. Meskipun pelatihan tersebut penting untuk pengembangan diri, bagi saya, waktu malam adalah waktu berharga bersama keluarga. Setelah seharian bekerja di luar rumah, saya ingin memanfaatkan waktu tersebut untuk bersama anak-anak.

  1. Istirahat yang Cukup

Untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, saya memastikan ada waktu untuk istirahat. Me-time, meskipun sederhana, membantu saya memulihkan energi dan mengurangi stres.

  1. Melibatkan Keluarga dalam Tantangan Pekerjaan

Saya berusaha terbuka kepada keluarga tentang tantangan pekerjaan saya. Dengan komunikasi yang baik, keluarga dapat memahami situasi saya dan memberikan dukungan yang saya butuhkan. Dukungan emosional dari keluarga adalah salah satu kunci untuk tetap produktif di tempat kerja dan bahagia di rumah.

Sebagai guru, saya sering mendengar kata-kata seperti “yang ikhlas, kerja ikhlas.” Kami para guru insya Allah sudah sangat ikhlas menjalankan tugas. Namun, keikhlasan tidak berarti guru harus selalu menerima tugas tambahan di luar tupoksi tanpa dukungan atau penghargaan yang memadai. Terkadang, kami para guru merasa bahwa apa yang kami alami di lapangan tidak selalu dipahami oleh pemimpin. Padahal, kami adalah pihak yang bersentuhan langsung dengan murid dan mengetahui kondisi sebenarnya.

Menjadi seorang guru berarti menjalankan peran yang besar: sebagai pendidik profesional sekaligus individu yang memiliki kehidupan pribadi. Keseimbangan antara kedua hal ini sangat penting. Guru yang mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga cenderung lebih produktif, bahagia, dan mampu memberikan dampak positif bagi murid.

Pada akhirnya, dengan pengelolaan waktu yang baik, istirahat yang cukup, dan dukungan dari keluarga, seorang guru dapat menjalankan perannya secara optimal di sekolah tanpa kehilangan kebahagiaan di rumah. Karena guru yang bahagia akan mendidik dengan hati—dan inilah yang dibutuhkan oleh anak-anak.